Sumbawa Barat, – PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) sangat berkomitmen untuk mengembangkan berbagai usaha masyarakat dengan melakukan pendampingan, bahkan sampai menghadirkan tenaga ahli untuk menyukseskan program dimaksud. Salah satunya adalah program Perhutanan Sosial dan Transformasi Penghidupan Masyarakat (Pertamas), termasuk pengembangan demplot kopi diwilayah Desa Rarak Rongis kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Aji Suryanto selaku senior Manager Social Impact PT. AMMAN memastikan, semua program yang masuk dalam Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) akan terus diawasi dan didampingi untuk memastikan berjalan sesuai harapan bersama. “Program Pertamas dan demplot kopi Rarak sangat penting dalam membantu meningkatkan ekonomi masyarakat, sehingga AMMAN terus memastikan berjalan lancar,” ucapnya.
Terkait dengan program Pertamas, AMMAN menggandeng Kelompok Tani Hutan Sagena Indah dengan menerapkan pendekatan agrosilvopastural atau ada pembagian areal tanam, seperti pada tanaman sela seperti lamtoro, rumput odot, indigofera, dan turi ditanam secara strategis di sela-sela barisan tanaman utama berupa asam, kelengkeng, mangga, dan nangka. Pola lorong dan campuran ini tidak hanya memaksimalkan penggunaan lahan seluas 5 hektar, tetapi juga menciptakan sinergi berkelanjutan. “Sesuai penjelasnnya bahwa hasil panen tanaman sela yang melimpah menjadi sumber pakan ternak alami bagi peternak lokal, sekaligus mendukung petani menikmati buah-buahan bernilai ekonomi tinggi dari pohon utama di masa mendatang, sehingga memperkuat ketahanan pangan dan pendapatan masyarakat Desa Kiantar secara terpadu. Sementara pohon asam (HHBK) dapat membantu mengembalikan keseimbangan ekologis hutan, sambil hasilnya dapat di panen untuk membawa manfaat ekonomi,” bebernya.
Saat ini, program PERTAMAS berada pada Tahap Awal model percontohan yang berfokus pada penyiapan pondasi kelembagaan dan teknis. Ini merupakan awal dari sebuah perjalanan program jangka panjang yang diharapkan dapat menjadi model percontohan yang dapat direplikasi di wilayah lain yang menghadapi tantangan serupa.
Dikesempatan itu juga disampaikan bahwa dalam penetapan kelompok penerima program setelah melalui beberapa tahapan serta analisa bersama dengan pemerintah. “Penetapan Perhutanan Sosial KTH Sagena Indah difaktori oleh lokasi proyek yang berada di area perhutanan sosial sebagai zona penyangga kawasan tambang menjadikannya titik kritis sosio-ekologis. Degradasi hutan di wilayah ini dapat berdampak langsung pada stabilitas ekosistem dan kesejahteraan masyarakat, serta berpotensi memicu konflik antara berbagai pemangku kepentingan. Sementara AMMAN sendiri mengetahui jika Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi keberlanjutan ekosistem dan penghidupan masyarakat, terutama di wilayah penyangga kawasan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) AMMAN,” bebernya.
Sebagai informasi, hingga saat ini, PERTAMAS telah menggunakan dua pola pendekatan yakni Agroforestry dan Agrosilvopastural; serta melibatkan empat KTH aktif, Sagena Indah (KPH Brang Rea), Batu Akik (KPH Sejorong Mataiyang), Sampar Baru (KPH Sejorong Mataiyang), dan Brang Lamar (KPH Brang Beh), yang menjadi garda depan dalam pengelolaan kegiatan konservasi dan ekonomi hutan.
Program ini diawali pada tahun 2024 dengan Implementasi studi Penilaian Pedesaan Partisipatif (PRA) dilakukan untuk menilai kebutuhan masyarakat dan potensi hutan, termasuk identifikasi semua KTH yang berada di wilayah kerja KPH berikut potensi, kesiapan dan komitmen kelompok.
Biacara soal demplot kopi Rarak, Aji Suryanto mengaku bahwa pihak AMMAN telah menggendang Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka). Dari kerjasama itu telah meluncurkan Program Pengembangan Demplot Kopi Rarak Rongis di lahan seluas 1 hektar yang terdiri dari empat demplot. Pada tahun 2023 dilakukan Baseline Study Potensi Kopi Robusta di Rarak untuk memastikan model pendekatan terbaik. Program ini bertujuan membangun kebun demonstrasi Robusta unggul seluas 0,5 hektar sesuai standar Good Agricultural Practices (GAP), mengintroduksi klon unggul, serta melakukan alih teknologi budidaya dan pascapanen kepada petani lokal. Harapannya kopi Rarak dapat menjadi sentra kopi di KSB.
Ruang lingkup kegiatan mencakup pendampingan pembangunan kebun demplot dan upaya peremajaan di kebun masing-masing petani yang tergabung, pelatihan intensif, pengendalian mutu pascapanen, hingga evaluasi dan workshop hasil, guna meningkatkan mutu, produktivitas, serta memperkuat kelembagaan dan kapasitas petani kopi.
Sebagai catatan penting, dampak yang diharapkan dari pendampingan ini adalah untuk menambah dampak ekonomi dari peningkatan produktivitas yang akan naik signifikan disertai nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan petani dengan tetap menjaga lahan dan lingkungan tetap lestari melalui praktik berkelanjutan. Selain itu juga kapasitas masyarakat terbangun sekaligus terbentuknya kawasan edukasi kopi yang dapat menjadi daya tarik wisata agro di masa depan. Dengan demikian, program ini tidak hanya menjawab kebutuhan pasar, tetapi juga mengubah kopi Rarak Rongis menjadi pilar transformasi penghidupan berkelanjutan bagi komunitas lokal. **