PMII KSB Gelar Seminar Soal Islam moderat

Taliwang, – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang berada di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), menggelar konfrensi Cabang  Ke-VI (Konfercab Ke-VI) yang dirangkaikan dengan seminar Islam moderat. Kegiatan itu sendiri mengusung tema, merekontruksi paham dan ideologi khilafah dalam rangka penguatan wawasan kebangsaan dan kedaulatan NKRI.

Kegiatan yang cukup menjadi perhatian dari berbagai komponen itu sendiri menghadirkan Andi Laweng, MH selaku anggota DPRD KSB, Trismant, ST, MP selaku ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), M Imran Rosyawan, SH, MKN perwakilan NU KSB, Wawansyah, S.Ag yang mewakili MUI KSB, termasuk perwakilan dari Kantor Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri (Kesbangpoldagri), termasuk dari kalangan Universitas Cordova (Undova).

Abdul Gaffar selaku ketua PMII KSB mengaku bahwa berdasarkan data dan hasil identifikasi yang dilakukan, jika idiologi khilafah masih cukup kuat, sehingga PMII merasa bertanggung jawab untuk menguraikan dari berbagai pandangan. “Kami memang sengaja menggelar acara seminar yang menjadi bagian dari konfercab sudah ada pesan bagi semua komponen, terutama pelajar itu sendiri,” terangnya.

Sementara M Imran Rosyawan yang mewakili NU mengingatkan kepada semua peserta, jika sekarang ini adalah tahun politik, sehingga berharap bahwa konfercab yang dilaksanakan tanpa ada tekanan atau kepentingan politik apapun. “Mahasiwa yang hebat adalah mahasiswa yang berprestasi di akademik maupun di organisasi, jadi para kader PMII harus mampu menempatkan diri sebagai generasi cemerlang,” ucapnya.

Masih keterangan Boim sapaan akrabnya, paham radikalisme atas nama agama tidak pernah dicontohkan oleh para pendiri NU, jadi kader PMII harus memahami apa itu paham radikalisme

Sementara Andi Laweng lebih mengingatkan bahwa kebangsaan adalah semangat bagaimana kita bisa merdeka agar tidak ditindas boleh bangsa lain. Saat zaman penjajahan kolonial digunakan politik pecah belah yang mengakibatkan kita bisa dijajah dalam waktu yang lama. Terbentuknya Republik Indonesia adanya campur tangan orang non Islam, maka perlu hal ini perku kita pertahankan agar tidak terpecah-belah.

Diingatkan juga bahwa Islam disebarluaskan dengan lemah lembut, sehingga banyak yang bersimpati dengan Islam. Dalam Islam sendiri diajarkan untuk bersatu dan jangan bercerai-berai, yang mana suatu tujuan tidak akan tercapai apabila kita terpecah-belah. Selain itu, jika kita ingin merasakan nikmatnya beragama maka perlu dibangun peradaban kebangsaan dengan tetap memegang prinsip NKRI harga mati. **