Pemerintah Desa Sapugara Bree Klaim Program Desa Santri Sukses

Brang Rea, – Program Desa Santri yang dilaksanakan pemerintah Desa Sapugara Bree diklaim berjalan sukses, bahkan diyakini sudah mulai merubah pola kebiasaan warga setempat, terutama dalam melaksanakan ibadah shalat berjamaah, memakmurkan Masjid serta mengaji.

Andi Subandi selaku Kades mengaku jika sejak awal dirinya sangat yakin dengan program tersebut, mengingat Desa Sapugara Bree sudah punya modal utama untuk menjadikan desa ini sebagai Desa Santri, yaitu keberadaan pondok pesantren Himmatul Ummah. Jadi pemerintah Desa hanya butuh menjadikan pondok sebagai magnet yang menarik kultur sosial dan menanamkan nilai nilai islami di dalam kehidupan masyarakat desa. “Meskipun bertahap program Desa Santri mulai memberikan efek positif dalam kehidupan warga,” akunya.

Untuk bisa mencapai target akhir memang tidak mudah, karena dibutuhkan kesadaran dan rasa memiliki warga Sapuugara Bree yang cukup tinggi, namun dirinya merasa yakin dan optimis bisa meraihnya. “Kami terus menggandeng pihak pondok pesantren Himmatul Ummah untuk melaksanakan berbagai program yang berkaitan dengan rencana Desa Santri. Hal itu sendiri sudah dilaksanakan sejak dirinya menjabat,” lanjutnya.

Diingatkan kades yang pernah menjadi Wartawan, jika mewujudkan desa santri merupakan bagian dari visi misi dalam pencalonan sebagai kepala desa Sapugara Bree, sehingga berbagai upaya dan tahapan akan dilaksanakan. “Saya yakin bahwa warga memberikan kepercayaan kepada saya sebagai Kades lantaran mendukung rencana pembentukan sebagai Desa Santri, jadi dirinya terus melakukan sosialisasi sekaligus ajakan untuk melaksanakan ibadah,” katanya.

Dikesempatan itu Andi Subandi juga mengingatkan, jika Desa Sapugara Bree berbeda dari Desa lainnya, dimana ada berbagai komunitas etnis yang menjadi warganya, sehingga visi dan misi sebagai Desa Santri akan menjadikan Desa Sapugara Bree sebagai Desa yang agamais, toleransi dan berkultur. “Kita semua tahu bahwa Sapugara Bree memiliki sejarah sebagai tanah pejuang jadi cenderung dikenal keras, tetapi setelah terpadu dengan Desa Santri maka persepsi sebagai tanah pejuang dengan warga berwatak keras akan terkombinasi baik,” terangnya.

Hal lain yang dilaksanakan pemerintah Desa, memberikan kesempatan kepada warga untuk menyampaikan harapan, kritik serta saran untuk dilaksanakan pemerintah Desa, karena diyakini bahwa perhatian dan saran warga sangat dibutuhkan untuk kemajuan Desa. “Saya tetap membangun komunikasi dengan warga untuk mendengarkan langsung aspirasi, keluhan atau kritik terhadap pemerintah Desa,” tuturnya. **