Taliwang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud), berencana menggelar kemah budaya atau acara silaturahim antar pemerhati dan penggiat budaya serta komponen penting masyarakat dalam rangka mengakji serta evaluasi tentang kebudayaan daerah.
“Kami ingin mengumpulkan ide, gagasan serta saran dari semua pihak tentang cara mengembangkan kebudayaan daerah, termasuk untuk memancing para generasi muda agar mau mengenal lebih jauh tentang kebudayaan,” kata Sajadah S.Sos, M.Si selaku kabid kebudayaan pada Dikbud KSB, saat ditemui media ini dalam ruang kerjanya, kemarin.
Masih penjelasan Ajad sapaan akrabnya, kemah budaya yang akan dilaksanakan dapat dikatakan sebagai ajang kompetisi dalam mengumpulkan bakat-bakat imajinatif dan kreatif dalam menjawab tantangan kemajuan kebudayaan melalui pendekatan Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics (STEAM) atau revolusi industri 4.0. “Tujuan besarnya untuk mencari inisiatif para pihak supaya kebudayaan kita siap menghadapi tantangan masa depan,” lanjutnya.
Mengingat hasil pembahasan nanti sangat dibutuhkan oleh pemerintah, maka pihak yang akan dilibatkan terdiri dari komponen organisasi kepemudaan, para pelaku budaya, unsur pendidikan serta tidak lupa mengajak para media untuk menjadi peserta. “Peserta yang akan dihadirkan bukan hanya mewakili kelompok, tetapi sangat paham tentang sebuah kebudayaan,” tuturnya.
Hal penting lain yang disampaikan Ajad, semua rangkaian kegiatan akan dilaksanakan dalam ruang terbuka, bahkan peserta akan menginap menggunakan fasilitas alam (kemah), sehingga para calon peserta akan dikonfirmasi terlebih dahulu dalam memastikan kehadirannya. “Kami ingin mengajak diskusi tentang budaya dialam terbuka, bahkan dipastikan peserta menginap dalam tenda yang akan disiapkan panitia. Sementara lokasi direncanakan pesisir pantai Desa Kertasari,” bebernya.
Dikesempatan itu Ajad mengakui bahwa konsep kegiatan yang akan dilaksanakan itu tidak mudah, namun dirinya tetap optimis dapat dilaksanakan dengan sukses, lantaran para pelaku kebudayaan selalu siap jika berbicara tentang pengembangan kebudayaan, meskipun tanpa diberikan fasilitas apapun. “Orang lain mungkin akan merasa aneh dengan konsep diskusi budaya dialam terbuka, tetapi bagi para pegiat budaya hal itu sudah lumrah dan biasa,” ungkapnya, sambil menambahkan bahwa rencana kegiatan pada pekan terakhir Juli ini. **