BPBD KSB Akui Wilayah KSB Berpotensi Kekeringan ‘Metereologis’

Taliwang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengakui, jika beberapa wilayah sudah mulai berpotensi mengalami kekeringan metereologis atau dimana kondisi curah hujan sudah berkurang yang berdampak pada ketersediaan air tanah, sehingga berpotensi terjadinya kesulitan air bersih.

Abdul Hamid S.Pd selaku Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD KSB menyampaikan, jika mengacu pada indikator yang ditetapkan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa kekeringan metereologis terjadi jika Hari Tanpa Hujan (HTH) sudah mencapai 21 hari. “Ada beberapa wilayah yang sudah terancam kekeringan dan akan kesulitan air bersih,” ucapnya.

Dikesempatan itu Hamid sapaan akrabnya juga mengakui, jika BMKG melalui stasiun Klimatologi kelas I Lombok Barat (Lobar) pernah mengeluarkan surat bernomor KL.00.002/005/KLMB/VII/2022 tentang peringatan dini kekeringan metereologis, dimana Kecamatan Maluk dan Kecamatan Brang Ene termasuk daerah yang berpotensi atau akan merasakan kekeringan.

Masih keterangan Abdul Hamid, dalam keterangan resmi yang disampaikan pihak BMKG itu, jika dua kecamatan yang berada di Bumi Pariri Lema Bariri saat ini masih dalam status waspada. “Meskipun dalam status waspada, BMKG memberikan rekomendasi untuk daerah yang berpotensi untuk melakukan budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, termasuk waspada kebakaran hutan, lahan dan semak serta lebih hemat penggunaan air bersih,” tuturnya.

Mengingat kekeringan metereologis biasanya diikuti dengan mulai berkurangnya persediaan air untuk rumah tangga, Hamid berharap pada semua pemerintah Desa melakukan pemantauan secara langsung. Jika memang sudah ada dampak kesulitan mendapatkan air bersih, diminta bersurat untuk dijadikan dasar bagi pemerintah menindaklanjuti pendistribusian air bersih. “Saya sudah berkoordinasi dengan semua Desa,” tegasnya.

BPBD KSB juga menghimbau kepada masyarakat yang berprofesi sebagai petani, agar dalam kondisi saat ini tidak menanam tanaman yang membutuhkan air banyak, termasuk membantu menghilangkan potensi kebakaran semak, hutan dan lahan. “Situasi seperti sekarang ini sangat rawan terjadi kebakaran hutan dan kawasan,” terangnya. **