Taliwang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) akan kembali membuka ‘Klinik Penelitian’. Kegiatan dimaksud dinilai sangat penting dalam memacu meningkatkan kegiatan meneliti dari komponen masyarakat.
“Klinik Penelitian termasuk kegiatan inovatif yang telah dilaksanakan Brida KSB sejak Tahun 2022 lalu dan bakal kembali dilaksanakan dalam tahun ini, sehingga para pelaku penelitian tetap memiliki kesempatan dan tempat untuk bertanya terkait dengan penelitian yang akan dilakukan,” kata Agus S.Pd, MM selaku kepala BRIDA KSB.
Diingatkan Agus, Klinik Penelitian yang merupakan wadah konsultasi seputar penelitian itu diberi jargon pemberdayaan lokal, kebermanfaatan global. Memakai label klinik dikarenakan pelayanan yang diberikan adalah pelayanan tingkat dasar mengenai penelitian, semisal tata tulis pakem karya ilmiah, pendampingan, dan juga pembinaan bagi masyarakat yang mengikuti lomba penelitian selain lomba penelitian yang diselenggarakan oleh BRIDA KSB.
Harapannya, Klinik Penelitian sebagai tafsiran BRIDA KSB terhadap visi Daerah mewujudkan KSB Baik Berlandaskan Gotong Royong dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan serta berkolaboraksi dengan perangkat daerah lainnya dan elemen masyarakat luas.
Dengan bantuan tenaga ahli penelitian dari kalangan akademisi lokal, diharapkan ruang publik ini dapat menjadi salah satu semaian tumbuh dan meningkatnya minat meneliti di kalangan pelajar, mahasiswa, pendidik, dan masyarakat pada umumnya. “Kegiatan bersifat liquid, dapat dilaksanakan on site di BRIDA KSB maupun out site di lokasi penerima manfaat layanan,” lanjutnya.
Diakui Agus bahwa program itu harus kembali dilaksanakan sebagai bentuk respon Brida KSB terhadap keluhan para pelaku penelitian yang mengikuti lomba penelitian, termasuk pertanyaan dari kalangan pendidik terkait kesulitan menyusun karya tulis ilmiah. “Paling tidak ini adalah Klinik Penelitian dapat dijadikan wadah konsultasi seputar penelitian untuk kalangan pelajar, mahasiswa pendidik maupun masyarakat umum yang mau melakukan penelitian,” akunya.
Diingatkan Agus, masih kurangnya kemampuan menulis ilmiah dari kalangan pendidik, termasuk masih ada peserta lomba penelitian yang terpaksa mundur atau tidak melanjutkan ke tahap selanjutnya, lantaran merasa keterbatasan media tanya jawab dan diskusi terkait penelitian. **