Di Desa Tatar, BPBD KSB Gelar Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana

Sekongkang, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), menggelar pelatihan kesiapsiagaan bencana. Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu 20/12 itu dipusatkan di Desa Tatar kecamatan Sekongkang.

Parwin S.Ip selaku kabid pencegahan dan kesiapsiagaan pada BPBD KSB saat menjadi pemateri menuturkan, memberikan pelatihan kepada masyarakat terkait bencana sangat penting, karena dapat mengurangi atau mencegah kerugian karena bencana, termasuk untuk menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap korban bencana dan pastinya untuk pemulihan yang cepat dan efektif.

Parwin juga menjelaskan bahwa sesuai regulasinya, manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut, dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitas dan rekonstruksi bencana. 

Dalam pertemuan itu Parwin juga mengurai tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana, dimana serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. “Paling tidak kita harus memiliki kesiapsiagaan terhadap berbagai bencana,” tandasnya.

Secara umum untuk pelatihan kesiapsiagaan bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta, mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan.

Sementara langkah strategis upaya pengurangan risiko bencana adalah dengan melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan bencana. Tahap mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta menanggulangi resiko bencana. Kegiatannya berupa perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Tahap mitigasi bencana dilakukan secara struktural maupun kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun early warning system (sistem peringatan dini) yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami.**