Budpar Kecewa, Desa Sekongkang Bawah “Bukan” Desa Wisata NTB

Taliwang, – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah menetapkan 100 desa wisata, dimana ada 8 desa di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), namun diantaranya tidak termasuk Desa Sekongkang Bawah, sementara pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) menilai Desa dimaksud cukup besar potensinya untuk dikembangkan.

Ir IGB Sumbawanto, MSI selaku kepala Dinas Budpar KSB kepada media ini mengingatkan, salah satu indikator dalam penetapan desa wisata adalah tingkat kemiskinan dan angka stunting, jadi desa yang ditetapkan melalui keputusan Gubernur NTB itu dinilai tidak tepat dan keluar dari rencana pembangunan pariwisata yang sudah dirancang sebelumnya.

“Saya sendiri kaget mendapatkan informasi bahwa untuk wilayah kecamatan Sekongkang yang ditetapkan adalah Desa Sekongkang Atas, sementara yang mendapat pendampingan selama ini adalah Desa Sekongkang Bawah, sehingga pihaknya merasa bingung sampai muncul dasar ditetapkan desa Sekongkang Atas,” ucapnya.

Masih keterangan Sumbawanto, tidak ditetapkannya Sekongkang Bawah menjadi salah satu Desa Wisata NTB diyakini akan memunculkan protes warga setempat, mengingat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang cukup aktif sekarang ini adalah Pokdarwis Desa Sekongkang Bawah. “Saya akui jika sangat kecewa dengan penetapan 8 desa wisata tersebut,” lanjutnya.

Terkait dengan munculnya Desa Sekongkang Atas akan menjadi pekerjaan baru bagi Dinas Budpar, dimana pihaknya akan mulai dari awal pekerjaannya, terutama dalam mencari dan menciptakan destinasi baru untuk disusun menjadi rencana pengembangan destinasi pariwisata.

Sebagai informasi bahwa 8 Desa yang ditetapkan adalah, Desa Mantar, Desa Tatar, Desa Poto Tano, Desa Labuhan Kertasari, Desa Labuan Lalar, Desa Beru, Desa Pasir Putih dan Sekongkang Atas. Terhadap Desa yang ditetapkan itu akan mendapatkan bantuan untuk pengembangan sebesar Rp. 100 juta yang diberikan secara bertahap atau sesuai program yang dibuat.

Dikesempatan itu Sumbawanto juga menyinggung soal destinasi Danau Lebo Taliwang, dimana pengelolaan belum begitu maksimal, meskipun pihaknya telah memberikan kepercayaan kepada Pokdarwais setempat, sehingga pihaknya sekarang membuka kerjasama bagi pihak manapun yang mau menjadi pengelola, dalam hal ini berjualan makanan di sekitar wilayah lebo tersebut. “Kami membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin berjualan disekitar wilayah Lebo,” akunya.

Diingatkan Sumbawanto jika pihaknya sangat fokus dalam melakukan penataan wilayah Lebo, bahkan sekarang ini sudah dilakukan pemasangan lampu penerangan. Hal itu untuk bisa dioperasikan pada malam hari dan pekerjaan penambahan taman bermain akan segera rampung. “Semoga dalam waktu tidak terlalu lama bisa menemukan pelaku usaha yang mau mengelola Danau Lebo,” harapnya. **